BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Kemajuan
berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong
terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang
lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk
terus berfikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang
dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi, terjadinya
keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya
konflik, stress, kecemasan, dan frustasi.Dengan demikian, kita harus sadar
bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang
dari diri kita sendiri maupun masalah yang datang dari luar. Namun, dengan niat
yang kuat serta pemberian bantuan dari konselor dalam lingkup bimbingan
konseling maka akan berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang
dihadapi.
B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Administrasi dan Administrasi
pendidikan ?
2. Apa Dasar,
Tujuan, Bidang Garapan, dan Fungsi-fungsi Administrasi Pendidikan ?
3. Apa pengertian
Bimbingan dan Konseling ?
4. Apa Tujuan dan
Fungsi dari Bimbingan Konseling dalam kehidupan sehari-hari ?
5. Bagaimanakah Teori-teori Ilmu Sosial ?
6. Bagaimanakah
Konsep Ilmu Sosial ?
7. Apa Latar
Belakang Antropologi ?
8. Apa saja
Pendekatan dan Teori Antropologi ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Administrasi
Sondang P Siagian MPA.PHD Administrasi keseluruhan proses kerja sama
antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Drs.The Liang Gie Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan
terhadap pekerjaan pokok yang dilaksanakan oleh sekolompok orang dalam bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Drs.Soebari Trisna Administrasi adalah keseluruhan proses penyelenggaraan dalam
usaha kerja sama dua orang atau lebih dengan secara rasional untuk mencapai
tujuan yang telah dkitetapkan sebelumnya secara efesien.
Depdinas RI Administrasi ialah usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber
(personal maupun material) secara efektif dan efesien guna untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan.
2.A.Pengertian Administrasi Pendidikan
Drs.M.Ngalim Purwanto Administrasi Pendidikan ialah segenap proses pengarahan
dan penintegrasian segala sesuatu baik personal ,spiritual dan material yang
bdersangkut paut dengan tercapainya tujuan pendidikan.
Depdiknas RI Administrasi pendidikan adalah suatu proses kseleruhan kegiatan
bersama dalam dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan
,pengorganisasian ,pengarahan ,pengkoorcdinasiaan,pengawasan,pembiyaan dan
pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersdia ,baik
oersonal ,material maupun sepritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efesien dan efektif.
Sedangkan menurut pendapat para ahli yang lainnya Adminitrasi pendidikan adalah
suatu cara bekerja dengan orang –orang dalam rangka usaha mencapai tujuan
pendidikan yang efektif ,yang berarti mendatangkan hasil yang baik dan tepat
,sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.atau administrasi
pendidikan adalah semua kegiatan sekolah yang meliputi usaha-usaha besar
seperti perumusan polis,pengarahan usaha ,koordinasi,konsultasi
,korespondensi,control dan seterusnya ,sampai kepada usaha-usaha kecil dan
sederhana seperti menjaga sekolah ,menyapu halaman dan lain sebagainya .
Dengan beberapa pengertian tersebut di atas ,mka perlu ditegaskan disini
sebagai berikut;
a. Bahwa
seluruh administrasi pendidikan itu merupakan proses keseluruhan dan
kegiatan-kegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang ada
sangkut pautnya dengan tugas-tugas pendidikan.
b. Bahwa
administrasi pendidikan itu mencakup kegiatan-kegiatan yang luas yang meliputi
kegiatan perencanaan ,pengorganisasian,pengarahan dan pengawasan ,khususnya
dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah.
c. Bahwa
administrasi pendidikan itu bukan hanya sekedar kegiatan tata usaha seperti
dilakukan di kantor-kantor ,inspeksi pendidikan lainnya.
B. Dasar
administrasi.
Adapun dasar administrasi adalah sebagai berikut;
a. Efesiensi,seorang
administrasi akan berhasil dalam tugasnya bilamana dia efesien
dalam menggunakansemua sumber tenaga dana dan fasilitas yang ada.
b. Prinsip
pengelolaan,administrator akan memperoleh yang paling efektif dan efesien
melalui orang lain dengan jalan melakukan pekerjaan menejemen yakni
merencanakan ,mengorganisasikan,mengarahkan dan mengontrol.
c. Prinsip
mengutamakan tugas pengelolaan,maksudnya adalah sebagai petugas seorang
administrator harus mengutamakan tugas pokonya ketimbang tugas lain yang
sifatnya penunjang.
d. Prinsip
kepemimpinan yang efektif yakni memperhatikan dimensi-dimensi
hubungan antar manusia (human relationship) ,dimensi pelaksanaan tugas
dan dimensi situasi(sikon) yang ada.
e. Prinsip
kerja sama,seorang administrator akan berhasil baik dalam tugasnya bila ia
mampu mengemban kerja sama di antara orang-orang yang terlibat, baik secara
horixontal maupun secara vertical.
C.Tujuan
Administrasi Pendidikan
Tujuan administrasi pendidikan adalah agar semua kegiatan yang mendukung
tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian menurut Sergiovani dan Carver
adalah efektivitas produksi,efesien,kemampuan menyesuaikan diri,dan kepuasan
kerja.
Sedangkan tujuan administrasi pendidikan di Indonesia yang dilaksanakan di
sekolah juga bersumber dari tujuan pendidikan Nasional yang digariskan dalam
GBHN adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa,mempertinggi budi
pekerti,atau memiliki kepribadian mempertebal semangat kebangsaan agar menjadi
manusia pembangunan ,memiliki kecerdasan serta terampil.
D.Bidang Garapan
administrasi.
a. Administrasi
tata laksana sekolah yang meliputi;
1.Organisasi dan
Struktur
2.Otorisasi dan
anggaran
3.Kepegawaian
4.Perlengkapan
dan perbekalan
5.Keuangan dan
pembukuan
6.Korespondensi/surat
menyurat
7.Laporan
8.Pengangkatan,penempatan
dan pemindahan serta pemberhentian
9.Pengisian buku
pokok (induk) raport dsb.
b. Administrasi
personal guru dan pegawai sekolah melipuiti;
1. Pengangkatan
dan penempatan guru
2. Organisasi personal
guru
3. Masalah
kepegawaian dan kesejahteraan guru
4. Rencana orientasi bagi tenaga guru baru
5. kondiute dan
penilaian kemajuan guru
6. Inserrvise
training dan up-grading guru.
c. Administrasi
murid melipuiti;
1. Organisasi dan perkumpulan murid
2. Masalah kesehatan dan kesejahteraan murid
3. penilaian dan pengukuran murid
4. Bimbingan dan penyuluhan.
d. Supervisi
Pengajaran meliputi;
1. Usaha membangkitkan dan merangsang semangat guru
2. Usaha mengembanngkan,mencari dan menggunakan metode baru
3. Mengusahakan cara-cara menilai hasil pendidikan dan pengajaran
4. Usaha mempertinggi mutu dan pengalaman guru.
e.Pelaksanaan dan
pembinaan kurikulum meliputi;
1. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum dalam kurikulum
2. Menyusun dan melaksanakan organisasi kurikulum beserta materi,sumber
Dan metode.
3. Menuruti atau megikuti kurikulum yang sudah ada juga berhak atau boleh
Memilih atau menambah materi atau metode yang sesuai dengan
kebutuhan.
f. Pendirian dan
perencanaan bangunan sekolah meliputi;
1.
cara memilih letak dan menentukan luas tanah yang dibutuhkan
2.
Mengusahakan merencanakan dan menggunakan pendirian gedung sekolah
3.
Menentukan jumlah dan luas ruangan kelas,kantor,asrama ,lapangan olah
Raga halaman sekolah dll.
4.
Cara penggunaan sarana dan prasarana serta pemeliharaannya dan lain2.
g. Hubungan
masyarakat meliputi;
Hal ini hubungan antara
sekolah dengan sekolah ,pemerintah/instransi yang Terkait,dan hubungan masyarakat
pada umumnya.
E.Fungsi fungsi
Administrasi Pendidikan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang fungsi administrasi pendidikan
adalah sebagai berikut;’
1.Perencanaan.
Setiap program ataupun konsepsi memerlukan perencanaan terlebih dahulu sebelum
melaksanakan.Perencanaan adalah cara menghampiri masalah.Dalam penghampiran
masalah itu si perencana berbuat merumuskan apa saja yang harus dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya.
Perencanaan merupakan sarat mutlak bagi kegiatan administrasi,tanpa perencanaan
suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan .
Didalam kegiatan perencanaan ada dua factor yang harus diperhatikan ,yaitu
factor tujuan dan factor sarana ,baik sarana personal maupun sarana
material.
Sedangkan langkah-langkah dalam perencanaan meliputi;
a. Menentukan
dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
b. Meneliti
masalah –masalah atau pekerjaan-pekerjaanyang akan dilakukan
c. Mengumpulkan
data-data dan informasi yang diperlukan.
d. Menentukan
tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
e. Merumuskan
bagaimana masalah-masalah itu akan dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan
itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat perencanaan adalah sebagai berikut;
a. Perencanaan
harus didasarkan atas tujuan yang jelas.
b. Bersifat
sederhana ,realitas dan jelas.
c. Terinci
memuat segala uraian serta klasifikasi kegiatan dan rangkaian tindakan sehingga
mudah dipedomani dan dijalankan.
d. Memilki
fleksibelitas sehingga mudah disesuaikan dengan kebutuhan serta situasi dan
kondisi sewaktu-waktu.
e. Terdapat
pertimbangan antara bermacam-macam bidang akan digarap dalam perencanaan itu
.Menurut urgensi masing-masing.
f. Diusahakan
adanya penghematan tenaga,biaya,dan waktu serta kemungkinan penggunaan sumber
daya dan dana yang tersedia dengan sebaik-baiknya,
g. Diusahakan
agar sedapat mungkin tidak terjadi adanya duplikasi pelaksanaan.
Dengan kata lain
perencanaan dapat berarti pula memikirkan tentang penghematan tenaga,biaya dan
waktu,juga membatasi kesalahan –kesalahan yang mungkin terjadi dan menghindari
adanya duplikasi-duplikasi atau tugas-tugas /pekerjaan rangkap yang dapat
menghambat jalan penyelesaiannya.
2.
Pengorganisasian.
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-hubungan
kerja antara orang-orang sehingga terwujudnya suatu kesatuan usaha dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian sebagai fungsi adminiatrsi pendidikan menjadi tugas utama bagi
para pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah,terutama dalam kegiatan
sehari-hari di sekolah terdapat berbagai macam pekerjaan yang memerlukan
kecakapan dan ketrampilan dan tanggung jawab yang berbeda-beda.
Kemudian yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain ialah
pembagian tugas,wewenang dan tanggung jawab ,hendaknya disesuaikan dengan
pengalaman,bakat,minat,pengetahuan dan kepribadian masing-masing orang-orang
yang diperlukan dalam menjalankan tugas.
Fungsi Organisasi dapat diartikan bermacam-macam yaitu;
a. Sebagai
pemberi struktur terutama dalam penyusunan /penempatan
personal,pekerjaan-pekerjaan materilan dan pikiran=pikirandi dalam struktur.
b. Sebagai
menetapkan hubungan antara orang –orang,kewajiban-kewajiban,hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing anggota disusun menjadi pola-pola kegiatan yang
tertuju pada tercapainya tujuan .
c. Sebagai
alat untukmempersatukan usaha-usaha untuk menyelesaikan pekerjaan.
Organisasi yang
baik hendaklah memiliki cirri-ciri atau sifat sebagai berikut;
a. Memiliki
tujuan yang jelas.
b. Tiap
anggota memahami dan menerima tujuan tersebut.
c. Adanya
kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan tindakan dan kesatruan
pikiran.
d. Adanya
kesatuan perintah,para bahwahan hanya mempunyai seorang atasan langsung
daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan dan kepada siapa ia harus
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya.
e. Adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota.
f. Adanya
pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan,keahlian dan bakat
masing-masing.Sehingga dapat menimbulkan kerja sama yang harmonis dan
kooperatif.
Pengkoordinasian,
Adanya bermacam- macam tugas/pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang
,memerlukan adanya koordinasi dari seorang pemimpin.
Adanya koordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya
persaingan yang tidak sehat atau kesimpang siuran dalam tindakan.
Kita mengetahui bahwa rencana/program-program pendidikan yang harus di
laksanakan di-sekolah-sekolah sifatnya sangat kompleks dan sangat mengandung
banyak segi yang saling bersangkut paut satu sama lain.
Sifat komplek yang dipunyai oleh program pendidikan di sekolah menunjukkan
sangat perlunya tindakan-tindakan yang di koordinasi kan atau dengan kata lain
koordinasi ialah aktivitas membawa orang-orang
material.pikiran-pikiran,tehnik-tehnik,tujuan-tujuan kedalam hubungan yang
harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.
Komunikasi.
Komunikasi dalam setiap bentuk adalah suatu proses yang hendak mempengaruhi
sikap dan perbuatan orang-orang dalam struktur organisasi.
Kemudian didalam komunikasi diperlukan motivasi dengan memperhatikan
unsure-unsur sebagai berikut;
1. Adanya
keinginan untuk berhasil.
2. Kejelasan
tindakan yang harus diambil/dianjurkan.
3. Keyakinan
bahwa perubahan yang dianjurkan akan membawa hasil positif.
4. Keyakinan
adanya kesempatan yang sama bagi semua anggota.
5. Keinginan
akan adanya kebebasan untuk menentukan ,menolak ataupun menerima apa yang
dianjurkan.
6. Adanya
tendensi untuk menilai (berdasarkan moral dan etika yang dianutnya) apa yang
dianjurkan sebelum melaksanakan.
Supervisi.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervise,dimana pengawsan bertanggung jawab tentang kefektifan program.Oleh
karena itu supervise haruslah meneliti ada tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dengan kata kata
lain fungsi terpenting supervise adalah sebagai berikut;
1. Menentukan
kondisi-kondisi atau syarat-syarat apakah yang diperlukan.
2. Memenuhi/mengusahan
syarat-syarat yang di perlukan .
Kepegawaian.
Masalah yang diperlukan dalam didalam kegiatan-kegiatan kepegawaian ialah
pemberian motivasi kepada para pegawai agar selalu bekerja giat,kesejahteraan
pegawai,insentif dan penghargaan atau jasa-jasa mereka.Kondite dan bimbingan
untuk dapat lebih maju.kemudian adanya kesempatan untuk mengapgrade
diri,masalah pemberhentian dan pensiun pegawai.
Pembiayaan.
Pembiayaan ini dapat diibarakan bensin bagi sebuah mobil atau motor. Mengingat
pentingnya biaya bagi setiap organisasi ,tanpa biaya yang mencukupi tidak
mungkin terjamin kelancaran jalannya suatu organisasi.
Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan adalah sebagai berikut;
1. Rencanakan
tentang beberapa pembiayaan yang diperlukan,
2. Dari
mana dan bagaimana biaya itu dapat diperoleh/diusahakan.
3. Bagaimana
penggunaannya.
4. Siapa
yang melaksanakannya.
5. Bagaimana
pembukuan dan pertanggung jawabannnya.
6. Bagaimana
pengawasan dan lain-lain.
Penilaian.
Evaluasi sebagai fungsi administrasi pendidikan adalah aktivitas untuk meneliti
dan mengetahui sampai dimana pelaksanaan yang dilakukan didalam proses
keseluruhan organisasi dalam mencapai hasil yang sesuai dengan rencana atau
program yang telah ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.Dengan
kata lain supervise atau evaluasi selanjutnya dapat diusahakan bagaimana cara-cara
memperbaikinya.
3.Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk
memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah
diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, yang diprakarsai oleh Frank
Parson pada tahun 1908. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan
perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang
ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan
oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik” (Mathewson,1969).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”
Maka untuk memahami pengertian dari bimbingan perlu mempertimbangkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
“Bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya” (Frank Parson ,1951).
Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian ini masih sangat spesifik yang berorientasi karir.
“Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri” (Chiskolm,1959).
Pengertian bimbingan yang dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969).
Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer bahwa bimbingan
dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
“Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik” (Mathewson,1969).
Mathewson mengemukakan bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan pada proses belajar. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa bimbingan adalah :
“Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”
Pengertian Konseling
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami
sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun
1908 saat ia melakukan konseling karir. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl
Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan tetapi yang berpusat pada klien
(client centered).
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman
Amtidalam buku Dasar-Dasar Bimbingan Konseling (2004:105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Sejalan dengan itu, Winkel mendefinisikan konseling sebagai serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara
tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat
dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka
dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah
yang dihadapi oleh konseli/klien.
Pengertian
Bimbingan Konseling
Pengertian bimbingan konseling adalah
Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir;
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma
yang berlaku. Dengan demikian, setiap bimbingan itu pasti konseling dan setiap
konseling belum tentu bimbingan.
Bimbingan dan konseling yang berkembang pada
saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Visi bimbingan dan
konseling adalah edukatif, perkembangan, dan outreach.Edukatif, karena
titik berat kepdulian bimbingan dan konseling terletak pada pencegahan dan
pengembangan, bukan pada korekif atau terapeutik , walaupun hal itu tetap ada
dalam kepedulian bimbingan dan konseling perkembangan. Pengembangan, karena titik
sentral tujuan bimbingan dan konseling terletak pada perkembangan optimal dan strategi
upaya upaya pokoknya memberikan kemudahan bagi perkembangan bagi individu
melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Outreach, kerena target populasi layanan bimbingan dan
konseling tidak terbatas kepada individu bermasalah dan dilakukan secara
individual tetapi meliputi ragam dimensi (masalah, target intervensi, setting,
metode, lama waktu layanan) dalam rentang yang cukup lebar. Teknik yang
digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran,
pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling (Muro and Kotman,
1995:5)
4.Tujuan dan Fungsi Bimbingan konseling
a.Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan Bimbingan dan
Konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989),
yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(Depdikbud, 1994 : 5).
b. Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan dan Konseling
bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.
Bimbingan pribadi – sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi – sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi sebagai :
Bimbingan pribadi – sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi – sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Ditinjau dari segi sifatnya, layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi sebagai :
a. Fungsi
Pencegahan (preventif)
Layanan Bimbingan dan Konseling dapat
berfungsi pencegahan artinya : merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya
masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi
para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program
orientasi, program bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya.
b. Fungsi
pemahaman
Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi
Bimbingan dan Konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh
pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa pemahaman ini
mencakup :
1) Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan guru pembimbing.
2) Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalam lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan guru pembimbing.
3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (terutama di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan/atau karier dan informasi budaya/nilai-nilai terutama oleh siswa.
1) Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan guru pembimbing.
2) Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalam lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orangtua, guru, dan guru pembimbing.
3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (terutama di dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan/atau karier dan informasi budaya/nilai-nilai terutama oleh siswa.
c. Fungsi
Perbaikan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah
dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu.
Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan dan Konseling
yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang
dialami siswa.
d. Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan Bimbingan dan
Konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan
mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.
Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif agar tetap baik dan mantap.
Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan
kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan.
5.Teori Ilmu Sosial
1. Teori
Interaksi simbolis (Menurut Noeng Muhadjirin dalan Tjipto .2009: 81)
Konsep
interaksi simbolik bertolak pada tujuh posisi dasar, yaitu:
a. Bahwa
perilaku manusia itu mempunyai .makna dibalik yang menggejala, sehingga
diperlukan metoda untuk mengungkapkan perilaku yang terselubung.
b. Pemaknaan
kemanusiaan manusia perlu dicari sumbernya pada interaksi sosial manusia.
Manusia membangun lingkungannya, manusia membangun dunianya, dan kesemuanya
dibangn berdasrkan simpati, dengan bentuk tertinggi mencintai sesama manusia
dan mencintai Tuhan.
c. Bahwa
masyarakat manusia itu merupakan proses yang berkembang holistik, tidak
terpisah, tidak linier, dan tidak terduga.
d. Perilaku
manusia itu berlaku berdasarkan penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung
atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan di tujukan atas proses mekamik atau
otomatik, perilaku manusia bertujuan dan tidak terduga.
e. Konsep
mental manusia itu berkembang dialektik, mengakui adanya tesis, antithesis, dan
sintesis, sifatnya idealitik bukan materialistik.
f. Perilaku
manusia itu wajar, dan konstruktif kreatif, bukan elementer reaktif.
g. Perlu
di gunakan metoda instrospeksi simpatetik, menekankan pendekatan intuitif untuk
menangkap makna (Muhadjir, dalam Tjipto 2009: 82).
Dari
perspektif simbolik, semua organisasi sosial terdiri dari para pelaku yang
mengembangkan definisi tentang suatu situasi atau prspektif lewat proses
interpretasi dan mereka bertindak dalam makna definisi tersebut.
2. Teori
Etnografi (Menurut Bogdan Dan Bilken Dalam Tjipto .2009: 83)
a. dijelaskan
bahwa kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan studi antropologi adalah
konsep tentang kebudayaan (the concept of culture). Usaha untuk mendiskripsikan
budaya atau aspek budaya disebut (ethnography). Budaya merupakan pengetahuan
yang diperoleh seseorang dan digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman
yang menghassilkan sesuatu (Spradly dalam Tjipto, 2009: 83).
b. Beberapa
antropologi mendefinisikan kebudayaan sebagai “Pengetahuan perolehan yang
digunakan orang untuk menafsirkan pengalaman dan membuahkan tingkahlaku”
(Spradly dalam Tjipto, 2009: 83).
c. Peneliti
Etnografi agar dapat mencapai tujuan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
Peneliti
dituntut memiliki pengetahuan dan dedikasi yang tingi, sebab etnografi
diperlukan pengamatan, interaksi dengan responden, atau anggota komunitas
tertentu dalam waktu yang relative lama.
Etnografi
umumnya tidak tertarik dengan generalisasi seperti pada penelitian
psikometrik, tetapi lebih tertarik untuk memotret kondisi apa adanya.
Fokus
etnografi adalah situasi nyata dan setting secra alamiah dimana orang
beraktifitas dan berhubungan sosial dengan anggota masyarakat lainnya.
Etnografi
menempatkan pada perlunya koleksi dan interpretasi data dari hipotesis yang sudah
diterapkan.
Etnografi
bergerak dari data dalam mencari hipotesis, bukan hipotesis mencari data.
Dari hipotesis yang dibangun
peneliti, etnografi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Naturalistic Ecological
Hypotheses (NEH) dan Qualitative Phenomenological Hypothesis (QHP).
Naturalistic Ecological Hypothesis menyatakan bahwa konteks duania perilaku
terjadi pada subjek yang diteliti, memiliki pengaruh signifikan terhadap
perilaku subjek tersebut. Sedangakan dalam penelitian Qualitatif Phenomenological
Hypothesis lebih mengkonsentrasikan etnografi dibnding dengan psikometrik,
karena peneliti lebih percaya bahwa perilaku manusia tidak dapat dimengerti
dengan lebih baik tanpa meleburkan diri bersama (incorporating) kedalam
pengamatan persepsi subjek serta system kepercayaan diri mereks yang terlibat
dalam penelitian.
Teori diskriptif (William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Menggambarkan apa-apa yang nyata-nyata
terjadi dilapangan (memotret apa adanya). Artinya, semua kegiatan sosial yang
terjadi di lapangan di gambarkan secara nyata. Misalnya seorang bocah
membantu seorang nenek yang tua renta hendak menyeberang jalan. Sehingga
apa yaang terjadi tersebut digambarkan dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
rekayasa.
Teori pre-skriptif (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menggambarkan perubahan-perubahan untuk melakukan
pembaharuan, koreksi dan perbaikan suatu proses teori dan fenomena tertentu.
Teori Normatif (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Pada dasarnya mempersoalkan peranan suatu
kebijaksanaan/ perundang-undangan/ peraturan tertentu.
Teori asumtif (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Lebih memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk
memperbaiki suatu praktek dengan memahami hakekat suatu fenomena yang terjadi
dalam lingkungannya.
Teori instrumental (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Bermaksud untuk melakukan konseptualisasi mengenai
cara-cara memperbaiki suatu teknis sehingga dapat dibuat sebagai sasaran yang
lebih realistik (tools of analysis).
Teori
hubungan manusia (human relation theory) (Menurut William L.Morrow, Stephen
P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menitik beratkan bahwa norma-norma sosial merupakan
faktor kunci dalam menentukan sikap, perilaku dan tindakan seseorang terutama
dalam lingkungan kerja.
Teori pengambilan keputusan (decesion making
theory) ( Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Lebih mengkonsentrasikan diri pada analisa proses
pengambilan keputusan, apakah mempergunakan model statistik, model optimasi,
model informasi, model simulasi, model liniar programming, model critical path
scheduling, model inventory, model site location, ataukah model resources
allocation, dan sebagainya (catatan : pada beberapa fakultas dan program
training sudah merupakan mata pelajaran tersendiri).
Teori perilaku (behavior theory) (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Orientasi yang dikembangkan adalah
efesiensi dan sasaran dengan cara mengintegrasikan komponen-komponen anggota
organisasi, struktur dan prosesnya. Dengan kata lain teori perilaku lebih
memahami pentingnya aspek dan faktor manusia sebagai alat utama untuk mencapai
tujuan organisasi ( catatan : teori perilaku ini juga sudah merupakan mata
kuliah tersendiri sebagai mata kuliah perilaku organisasi).
Teori sistem (Menurut William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen
K.Bailey, 1986)
Merupakan suatu cara pendekatan yang
memandang bahwa setiap fenomena mempunyai berbagai komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain agar dapat bertahan hidup (survival). Dalam sistem
memiliki beberapa unsur sistem antara lain : unsur lingkungan, unsur masukan
(input), unsur pengelola (konversi/throught put), unsur keluaran (out
put/product), unsur efek atau unsur akibat (consequences), dan unsur umpan
balik (feed back)
Teori kontingensi (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Sebagai perkembangan dari teori sistem yang
dipersamakan dengan pendekatan situasional yang mengakui adanya dinamika dan
kompleksitas antar hubungan (interaksi sosial).
Teori deskriptif eksplanatori (Menurut William
L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
Menjelaskan keaneka ragaman isi yang
terkandung dalam fenomena lingkungan nyata (cenderung ke metode content
analysis, discourse analysis, framing analysis).
Sosiologi adalah ilmu positip (Menurut August Comte)
Masyarakat. Ia menggunakan kata
positip yang artinya empiris. Jadi sosiologi baginya adalah studi empiris
tentang masyarakat. Menurut August Comte, obyek studi dari sosiologi adalah
tentang masyarakat, ada dua unsure yaitu struktur masyarakat yang disebut
statika sosial dan proses-proses sosial di dalam masyarakat yang disebut dinamika
sosial.
Teori Struktural Fungsional
(Konstruksionisme) (Menurut Talcott Parson)
Teori ini menjelaskan tingkah
laku manusia berdasarkan suatu sistem sosial yang terbentuk oleh jaringan
hubungan berbagai fungsi yang ada dalam suatu masyarakat, yaitu fungsi-fungsi
seperti : peran, status, pendapatan, pekerjaan dll. Hubungan antara
fungsi-fungsi sosial tersebut dianggap sama dengan hubungan antara
fungsi-fungsi biologis dalam suatu organisme.
Teori Struktural Historis (Menurut Max
Weber)
Dimana tingkah laku manusia
seakan-akan ditentukan hanya oleh pranata ekonomi dengan tekanan khusus,
padahal kenyataannya bahwa tingkah laku manusia berhubungan langsung dengan
hubungan produksi yang melibatkannya.
Teori Struktural Historis (Menurut
Hegel)
Dengan demikian orang-orang yang
mempunyai akses terhadap faktor-faktor produksi akan mempunyai bentuk tingkah
laku yang berbeda dari mereka yang tidak memiliki akses tersebut.
Teori Struktural Historis (Menurut Karl
Marx)
Relasi produksi tersebut
menimbulkan klas-klas sosial dalam masyarakat, dan tingkah laku sosial
sebetulnya tidak lebih dari masalah yang muncul dari pertarungan antar kelas.
Teori Struktural A-Historis (Menurut Levi
Strauss)
Teori ini beranggapan bahwa
tingkah laku manusia ditentukan oleh beberapa struktur apriori yang
asal-usulnya tidak dapat dijelaskan oleh perkembangan sejarah, bahkan
sebaliknya sejarah dibentuk oleh watak struktur-struktur tersebut.
Teori Fenomenologi (Menurut Muhadjir, Dalam
Tjipto 2009: 68)
Pendekatan fenomenologi mengakuai
adanya kebenaran empiric etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan
menjelasskan serta berargumentasi. Akal budi ini mengandung makna bahwa kita
perlu menggunakan criteria lebih tinggi lagi dari sekedar true or false.
6.Konsep Ilmu Sosial
Kita tidak dapat membayangkan
jika kehidupan manusia tidak berada dalam masyarakat (sosial). Karena manusia
adalah makhluk sosial, mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain. Manusia membutuhkan orang lain untuk bisa bertahan hidup (survive).
Kesalingketergantungan itu akan menjadikan suatu kerja sama yang bersifat tetap
dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu.
Secara keilmuan, terdapat banyak
teori tentang masyarakat maupun sosial. Sebelum lahirnya teori-teori sosial
raksasa, seperti Thomas Hobbes (yang dikenal dengan teori individualisme
instrumental dengan diktumnya homo homini lupus), Adam Smith yang
dikenal teori sistem sosial dengan invisible hand-nya tentang
system yang terintegrasi, Karl Marx yang dikenal dengan teori konflik dan kekuasaan,
Durkheim yang dikenal dengan teori struktur dan fungsi, Max Weber yang dikenal
dengan teori tindakan sosial dan birokrasi rasional, serta Alfred Schutz yang
dikenal dengan pendekatan fenomenologisnya(Campbell, 1994:61-231).
Mereka semua telah memberikan kontribusi yang bermakna dalam memahami, apa itu
manusia dan apa itu masyarakat manusia? Karena hingga sekarang tidak ada teori
sosial yang disetujui bersama.
Konsep kita mengenai social (masyarakat) pun mendasar bagi pemahaman diri kita
sendiri. Dengan kata-kata Aristoteles, manusia adalah seekor hewan sosial,
yakni bahwa ia tidak bisa hidup terus di luar sebuah kelompok sosial, tetapi
apakah kita tergantung pada masyarakat kita hanya sebagai dukungan dari
luar untuk pemeliharaan kehidupan pribadi kita, ataukah kita tidak memiliki
kehidupan lepas dari hubungan-hubungan social kita? Bagaimana kita menjawab
pertanyaan tersebut tidak lepas dari gambaran yang kita miliki tentang masyarakat atau sosial(Campbell,
1994:7).
Istilah sosial (social dalam bahasa Inggris) dalam ilmu sosial
memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan
istilah Departemen Sosial, jelas keduanya mailiki arti yang sangat
jauh berbeda. Menurut Soekanto (1993: 464) istilah sosial pun berkenaan dengan
perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses
sosial.
Secara keilmuan, masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial, dapat
dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari berbagai segi. Dilihat dari segi
ekonomi, akan membahas tentang usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
materialnya dari bahan-bahan yang terbatas ketersediaannya. Sedangkan dari segi
politik, berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Berbeda dengan
psikologi sosial, yang pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia sebagai
individu secara sosial. Selain itu terdapat antropologi budaya yang lebih
menekankan pada masyarakat dan kebudayaannya, dan begitu seterusnya untuk
ilmu-ilmu sosial lainnya, seperti geografi sosial, sejarah, maupun sosiologi.
Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf, seorang ahli
sosiolog Jerman dan penulis buku Class and Class Conflict in Industrial
Society yang dikenal sebagai pencetus Teori Konflik Non-Marxis, merupakan
suatu konsep yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik
yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia.Ilmu-ilmu
sosial, mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang lebih tepat.
Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi
sosial, politik, bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu
humaniora (Dahrendorf, 2000: 999).
Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima di tengah-tengah kalangan
akademisi. Sciences Sociale dan Sizialwissenschaften adalah
istilah-istilah yang lebih mengena, meski keduanya juga membuat “menderita”
karena diinterpretasikan terlalu luas maupun terlalu sempit (Dahrendorf, 2000:
1000). Ironisnya, ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan
sosiologi, atau hanya teori sosial sintetis.
Berjalannya waktu tidak banyak membantu dalam mengusahakan diterimanya konsep
itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari dari filsafat moral. Di kalangan filsuf moral
Skotlandia, kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh kajian isu-isu sosial
yang lebih luas, meski tidak disebut sebagai ilmu sosial. Comte
menyebutnya science social, dari Charles Fourier (1808), untuk
mendeskripsikan keunggulan disiplin sintetis dari bangunan ilmu. Sedikitpun ia
tidak ragu bahwa metode ilmu sosial sama sekali tidak berbeda dengan ilmu-ilmu
alam.
Ternyata penggunaan metode ilmu sosial yang digagas oleh Comte tersebut cukup
mengaburkan gambaran metodologis tentang ilmu-ilmu sosial. Sistem sosial
memiliki empat subsistem, yakni ekonomi, politik, budaya, dan system
integratif. Dengan demikian, ekonomi, ilmu politik, kajian budaya, dan
integrasi sosial (sosiologi) merupakan disiplin yang berhubungan dan
interdependen. Turunan dari sistem sosial, yakni semua subsistem tersebut
memerlukan analisis yang serupa.
Pandangan beberapa ahli tentang ilmu-ilmu sosial, tidak sepesimis Ralf
Dahrendorf, namun ia pun tetap kritis terhadap pandangan-pandangan yang
menyeret ilmu sosial. Untuk ilmu kealaman (sains) yang kemudian sering
didefinisikan sebagai pencarian hukum-hukum mengenai alam yang tetap benar,
mengatasi segala ruang dan waktu (Wallerstein, 1997: 4). Sedangkan untuk
ilmu-ilmu sosial, Wallerstein lebih menekankan pada suatu perilaku sosial yang
menekankan jauh melebihi kearifan secara turun-temurun dan merupakan hasil
deduksi dari padatnya pengalaman hidup manusia sepanjang zaman.
7.Latar Belakang teori Antropologi
Antropologi berasal dari
bahasa Yunani Anthropos yang berarti manusia danLogos yang
berarti wacana (dalam pengertian "bernalar", "berakal").
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Terlepas dari jenis penelitian tentang
Antropologi maka harus memperoleh banyak informasi tentang pendekatan
Antropologi baik secara umum atau khusus yang digunakan dalam ilmu social.
Fungsi dari pendekatan ini adalah untuk mengetahui peistiwa-peristiwa yang
dialami oleh manusia, yang menyangkut kajian tentang satu hal atau lebih secara
intensif. Data yang dikumpulkan dapat diperoleh dengan berbagai cara.
Pendekatan antropologi ini di samping digunakan dalam penelitian ilmu social,
juga dapat memberikan kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Pendekatan dan teori-teori yang digunakan
dalam Antropologi tidak sama. Terdapat beberapa pendekatan dan teori yang
berbeda dari para Antropolog. Itulah sebabnya makalah ini ditulis untuk mengetahui
bagaimana pendekatan dan teori-teori Antropologi tersebut.
8.Pendekatan Antropologi
Studi kebudayaan adalah sentral dalam antropologi. Bidang kajian utama
antropologi adalah kebudayaan dan dipelajari melalui pendekatan. Berikut 3
macam pendekat utama yang biasa dipergunakan oleh para ilmuwan antropologi.
a. Pendekatan
holistic :
Kebudayaan dipandang secara utuh (holistik).
Pendekatan ini digunakan oleh para pakar antropologi apabila mereka sedang
mempelajari kebudayaan suatu masyarakat. Kebudayaan di pandang sebagai suatu
keutuhan, setiap unsur di dalamnya mungkin dipahami dalam keadaan terpisah dari
keutuhan tersebut. Para pakar antropologi mengumpulkan semua aspek, termasuk
sejarah, geografi, ekonomi, teknologi, dan bahasa. Untuk memperoleh
generalisasi (simpulan) tentang suatu kompleks kebudayaan seperti perkawinan
dalam suatu masyarakat, para pakar antropologi merasa bahwa mereka harus
memahami dengan baik semua lembaga (institusi) lain dalam masyarakat yang
bersangkutan.
b. Pendekatan
komparatif :
Kebudayaan masyarakat pra-aksara. Pendekatan
komparatif juga merupakan pendekatan yang unik dalam antropologi untuk
mempelajari kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis
(pra-aksara). Para ilmuwan antropologi paling sering mempelajari
masyarakat pra-aksara karena 2 alasan utama. Pertama, mereka yakin bahwa setiap
generalisasi dan teori harus diuji pada populasi-populasi di sebanyak mungkin
daerah kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Kedua, mereka lebih mudah mempelajari
keseluruhan kebudayaan masyarakat-masyarakat kecil yang relatif homogen dari
pada masyarakat-masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat-masyarakat
pra-aksara yang hidup di daerah-daerah terpencil merupakan laboratorium bagi
para ilmuwan antropologi.
c. Pendekatan
historic :
Pengutamaan asal-usul unsur kebudayaan.
Pendekatan dan unsur-unsur historik mempunyai arti yang sangat penting dalam
antropologi, lebih penting dari pada ilmu lain dalam kelompok ilmu tingkah laku
manusia. Para ilmuwan antropologi tertarik pertama-tama pada asal-usul historik
dari unsur-unsur kebudayaan, dan setelah itu tertarik pada
unsur-unsur
kebudayaan yang unik dan khusus.
2.2 Teori Teori
Dalam Antropologi
a. Teori
Evolusi Deterministrik
Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam antropologi,
ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan (1818-1889). Teori
ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum (aturan) universal yang
mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Menurut teori ini
setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur dan fase-fase yang sudah
pasti.
b. Teori
Difusi
Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang
sarjana bernama F. Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat
merangkap ilmu bumi, yang memberiakn suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia
itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada
waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, kebudayaan
induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru,
karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu
bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal
terpisah. Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan
bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh mempengaruhi.
Teori difusionisme memiliki kelebihan yang
patut menjadi catatan dalam kajian antropologi. Teori difusi memiliki kelebihan
karena merupakan pandangan awal yang menyatakan bahwa kebudayaan yang ada
merupakan sebaran dari kebudayaan lainnya. Di samping itu, dari sini terdapat
cara pandang baru yang meletakkan dinamika dan perkembangan kebudayaan tidak
hanya dalam bentang waktu saja, tetapi juga dalam bentang ruang, sebagaimana
yang diperlihatkan oleh Perry dan Smith dalam pemikirannnya. Kelebihan lainnya
adalah para pengusung teori ini telah menggunakan analisis komparatif yang
berlandaskan pada standar kualitas dan kuantitas dalam menentukan wilayah
persebaran kebudayaan sebagaimana yang yang mereka yakini. Kelebihan lainnya
adalah para penyokong teori ini sangat memperhatikan setiap detail catatan
mengenai kebudayaan sehingga mereka mendapatkan beragam hubungan atau
keterkaitan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Dan kelebihan
yang terpenting dari teori ini adalah penekanan mereka pada penelitian lapangan
untuk mendapatkan data yang lebih dan akurat, sebagaimana yang diperlihatkan
oleh Boas yang kemudian diikuti oleh para murid yang menjadi pengikutnya
selanjutnya.
Teori difusionisme tidak lepas pula dari
beragam kelemahan atau kekurangan. Secara umum, teori difusi kebudayaan
memiliki kelemahan dari sisi data karena tidak memilki dukungan data yang cukup
dan akurat dan pengumpulan data tidak dilakukan melalui prosedur dan
metode penelitian yang jelas. Hal ini misalnya tampak pada kesimpulan teori ini
yang mengatakan bahwa peradaban-peradaban kuno di bumi sebenarnya berasal dari
orang-orang Mesir. Hal ini memperlihatkan pandangan para pengusungnya yang
sangat Mesir-Sentris hanya karena kekaguman mereka dan keterpesonaan mereka
dengan kebudayaan negeri Fir’aun ini setelah lama melakukan penelitian di
tempat ini.
Kelemahan lain yang ada dalam teori ini
adalah terletak pada metode yang mereka gunakan dalam melakukan penelitian yang
tidak memperbandingkan kebudayaan-kebudayaan yang saling berdekatan. Dalam
penelitiannya, para pengusung teori ini hanya melakukannya berdasarkan pada
ketersediaan data yang ada saja karena pada kenyataannya untuk sampai pada
sebuah kesimpulan sebagaimana di atas mereka tidak pernah melakukan penelitian
lapangan yang menjadi tuntutan untuk mengemukakan sebuah pernyataan yang
berujung pada
pembentukan diri.
Kelemahan lainnya yang terdapat dalam teori ini adalah karena keterikatan
mereka dengan catatan sejarah sebagai bagian dari model teori yang mereka
gunakan. Akibatnya, tidak semua sejarah yang berkaitan dengan suku-suku
tertentu dapat diungkapkan karena beragam sebab yang diantaranya karena belum
adanya peneliti yang melakukan kajian terhadap suku tersebut. Hal ini
sebagaimana yang dikritik oleh Malinowski dan Brown yang melakukan penelitian
sejarah terhadap suku yang masih sederhana di kalangan orang Andaman. Tetapi
karena keterbatasan data yang menerangkan mengenai keberadaan mereka, maka
penelitian dengan menggunakan teori difusi sebagaimana yang dikemukakan oleh
Boas dan kawan-kawannya.
c. Teori
Fungsionalisme
Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama Perang
Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk mempelajari
cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi berperanserta (participant
observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua
unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana
unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsional atas
kebudayaan menekankan bahwa setiap pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan
sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi
dasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
Ada dua hal yang paling menonjol yang diutarakan oleh Grabb mengenai
fungsionalis:
1. Pengamat
berkeyakinan bahwa jika struktural fungsionalis menguraikan tugas-tugas
masyarakat sebagai fungsi, maka mereka sebenarnya mempromosikan pandangan bahwa
struktur-struktur dan institusi-institusi dari masyarakat yang ada adalah baik
dan ideal yang berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Implikasinya adalah, bahwa setiap perubahan dalam tatanan yang sudah mantap
dalam konteks ini niscaya disfungional yakni terganggunya kerja masyarakat yang
setabil, jadi para pengeritik berkeyakinan bahwa struktural fungsionalis secara
tersirat mengadopsi begitu saja pandangan bahwa struktur sosial itu tidak
berubah, kadang-kadang dikombinasikan dengan diabaikannya perubahan sosial.
2. Gagasan fungsi
berkenaan dengan bagaimana kita memutuskan, andai kata sesuatu berfungsi atau
tidak berfungsi struktur atau institusi atas dasar apakah struktur atau
institusi tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Bagi
kritikus penilaian semata-mata atas dasar ini menyiratkan bahwa suatu struktur
atau sistem aturan dianggap fungsional selama ini ia memenuhi tugas-tugas
tertentu dalam masyarakat yang terpenting tak soal konsekwensi-konsekwensinya.
d. Teori
Strukturalisme
Teori Strukturalisme adalah
strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran manusia, yakni
struktur dari poses pikiran manusia yang oleh kaum strukturalis dipandang sama
secara lintas budaya. strukturalisme adalah fenomena sosial yang secara
internal dihubungkan dan diatur sesuai dengan beberapa pola yang tidak
disadari. Strukturalisme adalah metodologi yang menekankan struktur daripada
substansi dan hubungan daripada hal. Hal ini menyatakan bahwa sesuatu selalu
keluar hanya sebagai elemen dari penanda suatu sistem.
e. Teori
Antropologi Kognitif
Bidang
antropologi kognitif berfokus pada studi tentang hubungan antara budaya manusia
dan pikiran manusia. Antropolog kognitif mempelajari bagaimana orang memahami
dan mengatur material objek, peristiwa, dan pengalaman yang membentuk dunia
mereka sebagai orang yang mereka belajar memahaminya.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Adminitrasi
pendidikan adalah suatu cara bekerja dengan orang –orang dalam rangka usaha
mencapai tujuan pendidikan yang efektif ,yang berarti mendatangkan hasil yang
baik dan tepat ,sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.atau
administrasi pendidikan adalah semua kegiatan sekolah yang meliputi usaha-usaha
besar seperti perumusan polis,pengarahan usaha ,koordinasi,konsultasi
,korespondensi,control dan seterusnya ,sampai kepada usaha-usaha kecil dan
sederhana seperti menjaga sekolah ,menyapu halaman dan lain sebagainya .
Ilmu social dasar adalah salah satu mata kuliah softskill
yang merupakan mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi negeri
maupun swasta. Mata kuliah ini menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan
kepribadian para mahasiswa, berbeda dengan mata kuliah bantu adalah yang
bertujuan untuk menopang keahlian dalam disiplin ilmunya
Konsep kita mengenai social (masyarakat) pun mendasar bagi pemahaman diri kita
sendiri. Dengan kata-kata Aristoteles, manusia adalah seekor hewan sosial,
yakni bahwa ia tidak bisa hidup terus di luar sebuah kelompok sosial, tetapi
apakah kita tergantung pada masyarakat kita hanya sebagai dukungan dari
luar untuk pemeliharaan kehidupan pribadi kita, ataukah kita tidak memiliki
kehidupan lepas dari hubungan-hubungan social kita? Bagaimana kita menjawab
pertanyaan tersebut tidak lepas dari gambaran yang kita miliki tentang masyarakat atau sosial(Campbell,
1994:7).
Antropologi berasal dari bahasa Yunani Anthropos yang
berarti manusia danLogos yang berarti wacana (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk
memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2.Saran
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa apa
yang saya tulis masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan, baik dari segi isi
(materi) dan sistematika penulisan. Oleh karena itu, saya meminta sumbang saran
dan pemikiran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini, sehingga
menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk setiap orang yang
membacanya.
DOSEN : DIRGANTARA WICAKSONO
MATA KULIAH : PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN DI SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar